You'll Never Walk Alone

Friday, December 29, 2006

When you walk through a storm
Hold your head up high
And don't be afraid of the dark
At the end of the storm
Is a golden sky
And the sweet silver song of a lark


Walk on through the wind
Walk on through the rain

Tho' your dreams be tossed and blown

Walk on, walk on

With hope i
n your heart
And you'll never walk alone
You'll never walk alone



sources: http://liverpoolfc.tv

Air Bikin Sehat Bo'

Wednesday, December 27, 2006

Lagu klasik memberi efek yang baik bagi ibu hamil dan bayinya? Ah itu kan udah basi!

Aku ga akan cerita tentang musik klasik ko...

Pada suatu malam yang mencekam, berselimutkan sweater merah berlogo liverpool fc kesayanganku, akhirnya aku pergi membeli buku yang berjudul The True Power of Water karya Masaru Emoto, yang berisi mengenai penelitiannya terhadap air.

Setelah membaca dengan penuh keseriusan tiada tara, baik di waktu siang maupun malam, dalam posisi berbaring maupun duduk, meskipun cuaca panas maupun hujan, dalam suasana suka maupun duka, aku terus setia untuk membaca.

Hingga akhirnya aku menarik kesimpulan dari buku itu, kira-kira begini:

Ucapan, gambar, musik, siaran TV, doa, dan lingkungan sekitar dapat mempengaruhi bentuk kristal dari air. Ketika pengaruh dan informasi yang kita berikan pada air adalah informasi yang indah dan baik, maka kristal air yang terbentuk akan menjadi cantik dan sempurna.


Tubuh manusia 70%nya merupakan air lho...
Jadi apa yang dapat membuat seseorang menjadi cantik dan sempurna (jasmani dan rohani)?
Salah satunya adalah perlakuan yang baik, tutur kata yang halus, doa-doa yang baik, pokoknya intinya perlakukanlah tubuh dengan penuh kasih sayang dan cinta. Karena dengan perlakuan tersebut, air yang terdapat dalam tubuh akan merespons dengan membentuk kristal-kristal nan indah.
Hasilnya tubuh kita akan mengkristal, bola mata kristal, telinga berkristal, bahkan tai hidung juga mengkristal (hahaha...becanda!)

Dalam buku ini, Masaru juga melakukan percobaan terhadap hamburger.
Pertama adalah hamburger buatan pabrik, dimana setelah dianalisis memiliki hado imunitas -4
Kedua, hamburger buatan rumah, memiliki hado imunitas +10
Ketiga, hamburger buatan rumah, dan diberi perkataan baik seperti 'kelihatannya lezat, ingin cepat2 memakannya', ternyata memiliki hado imunitas +16
Keempat, hamburger buatan rumah, dan diberi perkataan buruk seperti 'mengapa saya harus membuat makanan yang sulit seperti ini padahal saya lagi sibuk', memberikan hado imunitas -6

Jadi, kesimpulannya apa dari percobaan hamburger ini?
Ternyata makanan yang dibuat di rumah memiliki kualitas yang lebih baik dari pada makanan dari restoran. Terlebih lagi bila ditambahkan dengan kata-kata yang baik dan doa.
Mengapa demikian?
Karena makanan yang dibuat di rumah di masak dengan penuh cinta.
Masakan ibu terasa lebih nikmat, karena dibumbui dengan bumbu kasih sayang dan niat yang tulus untuk membahagiakan keluarganya.
Bumbu cinta ternyata dapat dimengerti oleh air dan makanan, sehingga air dan makanan tersebut menghasilkan hoda imunitas yang positif bagi pemakannya.

Jadi buat cewe-cewe yang mau keluarganya sehat, sering-seringlah memasakkan makanan buat sang suami dan anak.
Buat cewe-cewe yang ga pandai masak, cepat belajar masak yaa...
Buat cowo-cowo, kayaknya lebih baik cari istri yang pintar masak deh, hehehe....


Oiya, silakan baca aja bukunya, bagus ko... =)

Berani bertindak, berani menanggung resiko...

Tuesday, December 19, 2006

Diterbitkannya sebuah buku karya mantan presiden kita yang berjudul ‘detik-detik yang menentukan’, menimbulkan reaksi dari berbagai pihak yang terkait dengan kisah yang termaktub di dalam buku terebut. Terlepas dari kebenaran yang sesungguhnya (karena hanya Allah yang Maha Mengetahui), penulis percaya Pak Habibie mencoba menyampaikan sesuatu yang diyakininya benar (possitive thinking aja deh sama beliau, soalnya kalo suudzon ntar dosa lho…).

Mengingat Pak Habibie juga manusia, yang notabene adalah makhluk sosial, dimana tidak dapat hidup sendiri dalam menjalankan berbagai macam aktivitasnya, maka di dalam bukunya beliau tentunya menyinggung berbagai pihak yang terkait dengan kisahnya. Akibatnya, beberapa pihak yang terkait pada kisah tersebut bereaksi, memberikan tanggapan, bantahan, atau klarifikasi, terkait dengan kisah yang diungkapkan Pak Habibie dalam bukunya.


Keputusan Pak Habibie menulis buku, membuatnya harus siap menerima segala konsekuensi, baik yang terjadi pada dirinya, orang-orang di sekitarnya, bahkan orang lain yang tidak memiliki hubungan dengannya. Seperti halnya konsekuensi yang harus dijalani oleh Roy Keane, David Beckham, atau Rio Ferdinand dan pemain bola terkenal lainnya, dimana biografinya mempengaruhi karir dan kehidupan mereka selanjutnya.

Wah Ded, serius bener nih kayaknya...

Oke lah kalo gitu.
Mari kita lihat apa yang terjadi pada penulis...barangkali ada cerita yang sedih lagi kayak posting-an yang lalu. Atau jangan-jangan penulis mendapatkan kebahagiaan yang tiada tara, hehehe...
Mari kita simak ceritanya.

Alkisah, beberapa saat setelah berhasil meluncurkan blog Harimau Sumatera yang keren ini, penulis tiba-tiba mendapat telpon dari seseorang yang penulis anggap teman. Mari kita sebut dia Teman Penulis (Tepen). Tepen menanyakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan project (baca Sisi Kehidupan Junior Planner). Waduh, penulis jadi ‘dag dig dug’. Jangan-jangan tulisan penulis bikin masalah nih... Apa jadinya kalo ada yang tersinggung trus pengen masalahnya diselesaikan lewat jalur hukum, trus penulis dinyatakan bersalah, trus penulis harus bayar denda berjuta-juta, dan dihukum penjara bertahun-tahun. Aaah tidaaaak!!! Kejamnya dunia, semua hanya karena penulis menceritakan sebuah kisah yang penulis alami ke dalam sebuah blog…(hiks!)

Penulis terus terang tidak mengetahui maksud Tepen tersebut bertanya, apakah karena tertarik setelah membaca kisah-kisah di blog ini, atau merasa ada yang tidak benar dalam cerita penulis, atau merasa tersinggung dengan cerita penulis, atau peristiwa Tepen bertanya mengenai project tersebut sesaat setelah penulis bercerita di blog hanyalah suatu kebetulan yang tidak ada sangkut-pautnya dengan cerita penulis pada Sisi Kehidupan (Junior) Planner Part 1 & 2.

Bodoh banget lu Ded, knapa ga lu tanyain aja sama Tepen maksudnya apa nanya2? Apakah karena tulisan lu di blog?

Bukan. Pelajaran kali ini bukan mengenai investigasi, memecahkan teka-teki, atau kontroversi sebuah tulisan. Kalau emang ternyata tulisan penulis mengundang masalah bagi pihak-pihak tertentu, maka dengan harap sangat, bagi pihak-pihak yang kurang senang silakan menghubungi penulis, karena penulis pada dasarnya tidak ingin menyinggung perasaan orang lain dalam blognya.

Apa yang ingin penulis sampaikan yakni (backsound: eng-ing-eng...!!! Hehe, sok keren bgt gw)
ada aksi, ada reaksi!

Semua tindakan selalu memiliki konsekuensi. Bila konsekuensi tersebut berpotensi mengundang masalah/kerugian bagi pelaku tindakan, maka konsekuensi tersebut disebut resiko. Setidaknya begitulah pemahaman penulis.

Dalam hukum Allah yang Maha Adil dan Kuasa, sekecil apapun perbuatan yang manusia perbuat akan mendapatkan balasan yang sesuai dengan perbuatannya.

Dalam hukum fisika, F aksi = F reaksi.

Ketika kita dihadapkan pada suatu keputusan dalam bertindak, apakah konsekuensi dan resiko yang akan kita tanggung selalu proporsional, adil dan pantas untuk kita terima?

Sisi Kehidupan (Junior) Planner, Part 2

Thursday, December 14, 2006

Identifikasi lokasi pasar dan PKL strategis se-Kota X.

Begitulah kira2 proyek yang akan aku kerjakan pada waktu itu.
Pelelangan pengerjaan proyek memang belum dilaksanakan oleh Pemko setempat. Tapi dapat dipastikan konsultan kami lah yang akan mengerjakan proyek tersebut.
Mengapa yakin sekali hal itu akan terjadi?
Karena begitulah kata sang pemberi proyek (yang menawarkan proyek kepada konsultan baru saya) yang notabene adalah salah satu aparat berwenang di Pemko tersebut.

Lalu, titah bos:
Ded! Ayo mulai kerjakan project kita dari sekarang!

Mengingat:
ilmu2 ketika kuliah sudah banyak yang menguap,

Menimbang:
Jam terbang yang masih minim di bidang proyekan,

Maka dari hati yang paling dalam, aku memutuskan:
Harus belajar lagi nih! Buka2 buku kuliah dulu aaah….
Mmm… ternyata waktu kuliah dulu ga pernah beli buku, hahahaha….
Oke, kalo gitu segera kirim email ke teman2 yang telah teruji kepintarannya! Tanyakan hal2 yang harus aku mengerti dalam mengerjakan proyek ini!

Bala bantuan pun datang dengan segera.
Berbekal ilmu yang aku yakini keampuhan dan kesaktiannya,
Berdasar besarnya kontribusiku dalam proyek ini,

Aku mulai bermimpi…

Suatu hari nanti ketika proyek selesai, tentunya aku akan punya cukup rejeki untuk menggantikan T310-ku yang telah udzur (akhirnya aku akan mengkhianatimu, T310, hahaha!!). Tidak lupa pula untuk berinvestasi demi masa depan. Dan yang paling penting dalam berinvestasi adalah harus Halal, Berkah, Bertambah! =)

Laporan Pendahuluan pun mulai dikerjakan…bahkan hampir selesai, tinggal di print ajah. (Hahaha...ga segitunya kali ;p)

Beberapa hari kemudian…

Bos : Ded, aku bingung mau gimana ngomongnya ke kau.
Saya : Lho knapa Bang?
Bos : Gini, kmaren aku dapat kabar dari yang ngasi proyek ke kita. Kata beliau, proyeknya ga jadi kita yang ngerjain. Soalnya proyeknya diminta sama orang (aparat) yang kedudukannya lebih tinggi dari dia. Batal lah kita ngerjain proyek tu. Padahal aku udah mati-matian nyari orang buat ngerjain, termasuk kau ni lah ha.
Saya : Wah kalo gitu memang belum rejeki kita, Bang (hiks!).

Sore itu tiba2 menjadi mendung...
Lalu turunlah hujan yang teramat deras...
Bret!!!
Listrik PLN pun padam.

Ya, bukan fenomena aneh.

Sisi Kehidupan (Junior) Planner, Part 1

Alkisah, beberapa hari setelah lebaran yang fitri di penguhujung bulan Oktober 2006, ketika aku tengah asyik hunting coklat2 nan lezat di sebuah Mall, seseorang mencoba menghubungiku. T310 kesayanganku pun berdering, dengan nada polifonik, melantunkan ‘Pegasus Fantasy’nya Saint Saiya….

Saya (S) : Halo?! (dengan intonasi bingung, karena nomor si penelpon tidak dikenal, dan tidak terkenal)
Si Penelpon (SP) : Halo! Ded, kau lagi dimana? (suaranya lantang bo!)
S : Eh, siapa ni? (masih dengan intonasi bingung)
SP : Ini aku, kau lagi dimana Ded?
S : Aduh…suaranya ga jelas nih. Ini siapa ya?? (mulai panik! Ga ngerti juga, knapa harus panik??)
SP : Ini aku Rahmat (bukan nama sebenarnya, soalnya nama aslinya jelek banget, ga enak nulisnya, ntar bacanya juga jadi ga enak, hehehe…)

Karena Si Penelpon ternyata bernama Rahmat, maka inisial Si Penelpon (SP) diganti dengan Rahmat (R)

S : Oh, knapa Mat? (sedikit lega, kemudian muncul rasa penasaran)
Rahmat (R) : Kau lagi dimana Ded?
S : Ummm…..masih di Pekanbaru. Emang knapa?
R : Ada poject nih, Ded. Butuh planner. Kau bisa ga?
S : Hah?! Project apaan tuh? (deg-deg-an…)
R : Penentuan lokasi pasar gitu. Abangku dapat project, tapi ga ada yang ngerti ngerjainnya. Kau bisa bantu ga?.PL banget lho kerjaannya… Ada Team Leadernya juga ko ntar yang ngarahin.
S : Hahaha…itu mah gampang!
R : Nah ini dia baru anak ITB! Kapan kau punya waktu buat ngobrol2? Aku besok udah berangkat ke Bandung lagi nih.
S : Oh kalo gitu ntar malam aja, gimana?
R : Oke.

Telpon terputus. Aku melanjutkan untuk membeli beberapa coklat…

Malamnya, T310-ku kembali berbunyi. Masih dengan ringtone Pegasus Fantasy. Masih dari penelpon yang sama. Memberitahukan lokasi pertemuan. Lalu aku bergegas menuju lokasi yang ditentukan.

Dengan perjuangan menembus kabut malam yang dingin dan suasana yang mencekam, akhirnya aku tiba di tempat yang dimaksud.

Dan akhirnya bernegosiasi…
Lebih kurang, begitulah bagaimana terjadinya rekrutmen bagi seorang planner (setidaknya itulah yang terjadi pada diri penulis).