Banyak Anak, Banyak Rejeki?

Saturday, July 7, 2007

Jalan cerita film konyol-konyolan berjudul 'idiocrazy' dimulai dengan sebuah komparasi gaya hidup dua golongan yang berbeda. Ya, dengan perbedaan yang cukup mencolok.


Golongan pertama adalah manusia-manusia yang hidup dalam kemapanan, dengan tingkat intelegensi diatas rata-rata. Mereka benar-benar mengatur hidup sedemikian rupa agar kualitas hidup mereka semakin bagus. Mereka lebih memilih karir ketimbang berketurunan. Termasuk diantara mereka adalah keluarga yang ikut program keluarga berencana. Punya anak bikin repot ajah, begitu kata mereka. Ciri-ciri orang yang termasuk golongan ini yaitu orang-orang berdasi, klimis, parlente, eksekutip (muda), wanita karir, dst. Kayaknya anda termasuk dalam golongan ini deh, hehehe.....

Golongan kedua adalah manusia-manusia dengan IQ dibawah rata-rata, punya gaya hidup nyeleneh, semau gue, dan ga berpendidikan (atau ga suka pakai otak?). Banyak diantara mereka ini suka bersenang-senang, seperti berhubungan seks. Ya, seks sangatlah menyenangkan! Begitu komentar mereka. Ciri-ciri orang yang termasuk golongan ini adalah para gelandangan, pengangguran, PSK, penganut freesex, anak (salah) gaul, ga mau taat hukum, berkerabat dengan drugs, suka party, dst. Gue yakin ini golongan 'lu banget' pastinya, hehehe.....

Seiring dengan berjalannya waktu, populasi golongan pertama (yang gemar berkarir dan enggan beranak) semakin lama semakin berkurang. Sebaliknya, populasi golongan kedua (yang gemar berhubungan seks) semakin bertambah, dan berkembang menjadi mayoritas. Hingga sampailah pada suatu saat dimana golongan mayoritas terlalu mendominasi dan memusnahkan minoritas. Dampaknya, peradaban manusia menjadi menurun, diisi oleh sifat-sifat manusia yang suka bersenang-senang, foya-foya, hedon, penuh kejahatan dan kriminalitas. Logika udah ga laku, udah diganti sama nafsu. Kayak jaman jahiliyah dulu...

Pak Hastu (halo pak, apa kabar?) dalam kuliah kependudukannya pernah menyinggung pro-kontra populasi manusia. Populasi yang besar diyakini akan susah diatur, menimbulkan banyak masalah sosial, kesehatan, dan lingkungan. Namun populasi yang besar berpotensi untuk membangun suatu bangsa dan militer yang kuat, pelestarian suku, adat, dan budaya, dan misi pengembangan agama. Populasi yang kecil diyakini lemah, dan mudah tereliminasi oleh seleksi alam (juga oleh ancaman pemusnahan dari populasi yang lebih besar). Namun keuntungannya, populasi yang kecil lebih mudah diatur, sehingga lebih cepat mencapai kemajuan.


Kisah di film 'idiocrazy' bisa saja menjadi kenyataan. Dari pantauan saya terhadap kehidupan sehari-hari di Indonesia, golongan mayoritas hampir selalu mengungguli golongan minoritas (terlepas dari pihak manapun yang mengusung nilai-nilai kebenaran). Jadi, saran saya buat anda, banyak-banyaklah bikin anak, dan didik mereka ke jalan yang benar...



sumber gambar: sorry, situsnya lupa, pokoknya browsing di google, keywordnya 'family'