Individu Materialis Kapitalis

Sunday, September 16, 2007

Setiap benda, setiap apa saja yang kita lakukan di jaman ini, semuanya ada harganya. Semuanya dapat dikonversi menjadi nilai-nilai rupiah. Semuanya kini dinilai dengan uang. Mau apa-apa kita butuh duit. Oleh karena itu tak pelak lagi kebutuhan akan duit menjadi meningkat, bahkan menjadi tujuan hidup. 'Hidup untuk mencari duit, mencari duit untuk hidup', begitu slogannya.

Kondisi ini perlahan membawa manusia Indonesia menjadi individu materialis kapitalis. Menjadi manusia yang pamrih, layaknya robot yang hanya bekerja bila koinnya dimasukkan. Segala cara, mulai dari pekerjaan yang baik hingga pekerjaan yang hina, dilakukan untuk mendapatkan duit. 'Cari duit haram aja susah, apalagi yang halal', kata sebagian orang. Beuh, wajar aja kriminalitas dan korupsi merajalela di negeri ini!

Dampak dari terciptanya individu materialis kapitalis adalah berubahnya motif manusia untuk menjalankan profesi pekerjaannya. Risau hati saya melihat PNS bekerja untuk mencari duit. Suatu hal yang salah menurut saya. Kalo memang mau nyari duit, berbisnis lah! Berdagang! Pekerjaan yang bener-bener bertujuan nyari keuntungan. PNS itu tugasnya mengabdi pada masyarakat, bekerja demi negara, berbakti pada bangsa. Suatu visi yang seharusnya dimiliki oleh setiap PNS di negeri ini.

Kerap juga terjadi pergeseran nilai dalam bercita-cita. Teman saya memilih kuliah di kedokteran biar nanti gampang cari duit, biar cepat kaya, biar bisa hidup senang. Padahal tugas dokter itu bukan mengumpulkan duit dari pasien!

Tadi secara tidak sengaja saya mendengar Marshanda memberikan komen tentang tokoh yang diperankannya dalam sinetron Soleha. Katanya, tokoh tersebut menjadi guru ngaji untuk mencari duit, sekalian nyari pahala. Beuh! Jawaban jujur memang, tapi nyelekit. Lagi-lagi motif ekonomi jadi prioritas! Mau dibawa kemana agama ini kalo guru ngajinya niat utamanya nyari duit.

Tapi itulah faktanya. Dunia memaksa kita menjadi individu materialis kapitalis. Mungkin hanya individu yang terlahir dalam keadaan kaya (hati dan materi) saja yang tidak merasakan desakan itu.


Sumber gambar: http://www.istockphoto.com

300 Ga Mutu!

Sunday, September 2, 2007

Udah nonton film yang judulnya 300?
Berikut komen saya terhadap film tersebut.

Sudut pandangnya subjektif
Hiperbolik banget
Penuturan ceritanya eksplisit
Hambar
Sok puitis
Dialognya banyak yang diulang
Sama sekali berbeda dengan imajinasi saya ketika membaca kisahnya di buku sejarah
Sucks!

Sama aja kayak D'Bijis. Kirain keren, eh ternyata mengecewakan banget.