R S U D

Saturday, October 20, 2007


Pukul 07.30 WIB

Saya udah stand by di RSUD. Biasa, check up. Sudah jadi kebiasaan bagi saya kalo check up datangnya ke RSUD, tapi kalo check in saya lebih suka di hotel, hehehe... Kali itu saya datang kepagian, dapat nomor antrean pertama. Sepanjang sejarah antri-mengantri, baru kali ini saya dapat antrian yang pertama.

Sembari menunggu di ruang yang telah disediakan, terlihat oleh mata kepala saya 2 orang dokter (wanita) muda dengan beberapa orang perawat (juga wanita, tapi sudah tua) tengah asyik ngerumpi. Obrolannya (menurut hemat saya) sangatlah ga penting, yakni mengenai babi-babi yang terpajang dan dijual bebas di restoran-restoran di pulau dewata sana. Berhubung saya ga punya hubungan apa-apa dengan babi, maka saya cuek aja kalo mereka dengan semangatnya terus nyerocos ngomongin babi.
Disudut lain, masih di ruang yang sama, seorang bapak berpakaian kaos oblong nan bolong dan compang-camping tengah berbincang-bincang dengan sesosok perawan tua. Ehm, maksud saya perawat (yang sudah) tua. Secara sengaja saya mendengarkan sebagian percakapan mereka.
"Bapak kembali aja ke loket pendaftaran, ambil lagi aja duitnya" saran si perawat.
"Tapi Bu, apa bisa?" tanya si bapak.
"Bisa. Sekarang Bapak ambil lagi aja duitnya, ya" jelas si perawat.
"Anu Bu, kalo dibiarin aja ga pa pa toh? Saya malu minta duitnya lagi" kata si bapak.
"Loh, itu duit lho. Nyarinya kan susah. Udah, ambil aja" si perawat sekali lagi menyarankan.
"Iya. Makasih ya Bu" si bapak pamit.

Sudah kodratnya waktu untuk terus bergulir (cieeeh...keren banget kalimatnya!).
Selang beberapa lama, mata saya tertuju pada suatu negosiasi berbau nepotisme antara seorang calon pasien berdandan parlente dengan seorang perawat (ya, perawat tua). Setelah mereka melakukan suatu konversasi (konversasi???) si perawat bergegas ngurusin file calon pasien tersebut, nanyain keluhan-keluhan yang diderita, dan....hohohoho....ternyata pasien tersebut naik peringkat menjadi pasien dengan nomor antrian pertama, meninggalkan saya yang jadi melorot di urutan kedua. Padahal, menurut pantauan saya, pasien parlente tersebut sama sekali bukan dalam keadaan darurat.

Pukul 09.30 WIB
Ah itu dia dokternya baru datang. Dan oh, ternyata saya turun lagi jadi pasien dengan nomor antrian ketiga.


Sumber gambar: http://www.piperreport.com

No comments: