Historical Walk

Sunday, December 9, 2007

Menyandang sebuah ransel hitam di punggungnya yang rapuh. Matanya tajam menatap langit biru, menyongsong detik-detik perjalanan bersejarah. Perjalanan yang akan membawanya ke masa lalu. Inilah dia kisah perjalanan seorang anak manusia yang terselubung dalam nuansa nostalgila.
Dedy ke Bandung (lagi)!!!

Perjalanan dimulai dari Bandara SSQ II, menuju Soekarno-Hatta. Anak manusia itu menggunakan maskapai penerbangan yang mengiklankan sebuah klub sepakbola raksasa asal Inggris. Sebuah klub yang..., ah sudahlah, ga perlu dibahas, ga penting, ga banget. Pesawat yang membawanya terbang benar-benar hebat, karena memberikan suasana yang sama dengan melakukan perjalanan darat. Seperti naik bus kota. Ya, bus kota. Penumpangnya bebas mau duduk di kursi yang mana saja. Siapa cepat, dia yang dapat! Layaknya di bus kota, di pesawat ini juga terdapat pedagang asongan yang menjajakan berbagai jenis makanan dan minuman. Hebatnya, pedagang asongannya adalah para wanita cantik berseragam seksi!
Seperti di bioskop, penumpang hanya boleh mengkonsumsi jajanan yang dijual oleh pedagang asongan berseragam seksi ini. Ga boleh makan makanan bekal dari rumah!!
Satu hal lagi, harga jajanannya muahalll bangets. Mungkin karena pesawatnya lagi terbang diatas awan, jadi harga-harga jajanannya juga naik seinggi langit.

Setibanya di Soekarno-Hatta, bimbang melanda hati dan pikiran anak manusia itu. Antara menggunakan kendaraan roda empat supercepat nan nyaman, atau menggunakan moda transportasi lainnya yang memberikan efek gerah, panas, dan lama nyampenya. Dia jelas bingung sangat. Setelah sempat booking Cipaganti Travel, akhirnya dia melarikan diri dari bandara menggunakan Damri. Tujuannya jelas, sama seperti beberapa tahun yang lalu: Gambir!

Tampaknya anak manusia itu ingin menikmati perjalanannya dengan kereta api.
Pilihannya masih sama ketika dia masih berstatus mahasiswa, Parahyangan Kelas Bisnis. Sama sekali ga tertarik dengan kelas eksekutif.

Sebenarnya ada banyak kisah antara dia dan kereta. Perjalanan seorang diri, bersama temannya, bersama orang yang disayanginya... Dalam rangka mudik, mencari kerja, dan
demi cinta!

Ah, tampaknya kali ini dia hanyut dalam memori masa lalunya, dan membawa awan haru rindu dalam pikirannya. Tanpa disadarinya, matanya berkaca-kaca, sembari menatap indahnya pemandangan dari jendela kereta.

Sebuah perjalanan yang biasa sesungguhnya. Namun menjadi sangat berarti baginya. Karena dia baru saja memberikan penghargaan pada masa lalunya.

"Masa lalu (yang menyakitkan sekalipun) lambat laun bisa menjelma menjadi nostalgia romantik yang tak ingin dilupakan"
Andrea Hirata (Sang Pemimpi)


Sumber Gambar: koleksi pribadi

1 comment:

Hanief Trihantoro said...

segitunya ded, masak dah jadi "history"? :D kan baru bentar...