I want to break free

Wednesday, August 8, 2007

"yesss...akhirnya gue bebas!!" teriak seorang gadis manis yang baru saja merayakan ultah sweetseventeennya yang pertama semenjak dia dilahirkan oleh ibunya ke muka bumi ini (emangnya sweetseventeen bisa berkali-kali gituh?). Gadis ini kulitnya putih bersih, rambutnya hitam lurus panjang sebahu, hidungnya mungil tapi seksi, matanya seindah bola ping pong. Pokoknya dipandang tak jemu! Jompo eh jomblo pula! Mana keturunan bangsawan ningrat berdarah biru pula, otomatis tajirrr dooonk...
Wina namanya. Mau kenalan?? Caranya gampang, anda tinggal kirim SMS ketik REG (spasi) WINA kirim ke 1945, dan anda akan mendapatkan SMS balasan langsung dari HP Wina. Makanya buruaaan!! Mau dapetin bonus pulsa gratis?? Enak aja!!!
Kini, mari kita lupakan Wina (karena Wina hanyalah tokoh fiktif), dan fokus pada topik kita kali ini.
****

Ada semacam kesepakatan umum bahwa kebebasan individu diperoleh ketika individu tersebut telah berumur 17 tahun, atau sudah baligh, atau sudah memiliki KTP/SIM dsb. Akan tetapi saya malah cenderung berpikir bahwa kebebasan itu nonsense. Ada, tapi ga nyata.

Sejarah peradaban membuktikan bahwa manusia sengaja menciptakan batasan, aturan, tata nilai, norma, hukum, sistem, adat, whatever namanya lah, untuk mengekang kebebasan individu. Tujuannya agar tercipta keselarasan dan keharmonisan dalam lingkup yang lebih luas (misalnya masyarakat). Kebebasan (menurut mereka yang suka bikin aturan) akan menyebabkan ketidakteraturan. Ketidakteraturan akan memicu permasalahan yang lebih besar. Oleh karena itu, kebebasan harus dikekang!

****

Ketika anda dihadapkan pada pilihan berganda, saya yakin anda akan mempertimbangkan masing-masing opsi secara matang. Mulai dari yang sesuai dengan selera/kepribadian, yang punya maksimasi benefit, serta berjuta pertimbangan egois lainnya. Kemudian anda akan beranjak pada pertimbangan eksternal seperti 'apakah opsi ini dapat diterima oleh orang-orang sekitar', 'apakah pilihan ini sesuai dengan hukum dan agama', 'sesuaikah dengan ekspektasi orang-orang tercinta', dan lain sebagainya.

Anda bebas ingin menggunakan pertimbangan apa saja, termasuk pertimbangan yang bersifat eksternal. Itu kebebasan individu anda. Namun ketika anda tunduk pada berbagai pertimbangan eksternal, maka (menurut saya) kebebasan itu udah ga murni lagi.

****

Jadi, kebebasan itu ada, tapi ga nyata.
Atau, kebebasan itu antara ada dan tiada.

****

Bebas.....
Aku ingin bebas seperti merpati!
Tapi kini merpati ga bisa terbang bebas lagi....
Penerbangan Indonesia kena blacklist oleh negara-negara eropa, hehehe...

2 comments:

Hanief Trihantoro said...

jadi bebas nih? emang dulu kaw gitu juga ded? :)

perasaan, akuw ga gitu deh. yang kerasa cuma sim aja, jadi bisa naek motor [walopun nembak juga :(].

semakin tambah umur, semakin bebas, tapi beban karena kebebasan itu semakin besar juga. so, buat anak muda [cieee... tua neh] jangan ambil enak-enaknya aja setelah merasa dewasa. [sekali lagi] ada tanggung jawab besar di situ.

Dedy W Hamidy said...

Bener tuh nip...kau tanggung jawab donk, kan udah gede,hehehe... :p